Desain pencahayaan atau lighting design bukan hanya soal menerangi ruangan, tapi juga menciptakan suasana, membentuk ruang, dan menyampaikan ekspresi artistik. Dunia desain pencahayaan memiliki tokoh-tokoh legendaris dan berpengaruh.

Para desainer pencahayaan atau lighting designer berikut ini diurut menurut era ala Charles Jenks :

1. Pelopor Awal & Era Fungsionalisme (1920-1950-an). Era ini ditandai oleh pergeseran dari dekorasi murni ke fungsi. Cahaya mulai dipandang sebagai elemen teknis yang dapat dibentuk untuk kebutuhan manusia, lampu bukan sekadar tempat memasang bohlam. 

Poul Henningsen (1894-1967) Denmark. Master dalam membentuk cahaya anti-silau. Seri PH Lamp-nya (seperti PH Artichoke dan PH 5) untuk Louis Poulsen, dirancang untuk meminimalkan silau dan menghasilkan cahaya lembut. 

Konsepsinya memadukan fungsi optik dengan estetika Skandinavia. Dengan filosofi “form meets function”,  lampunya dirancang untuk menghasilkan cahaya lembut dan tidak menyilaukan. 


George Carwardine (1887-1948) Inggris. Seorang insinyur otomotif yang menciptakan prototipe lampu kerja paling ikonik: Anglepoise Lamp (1932) Lampu ini menjadi ikon desain industri dan bahkan menginspirasi karakter Pixar yang terkenal.

Desainnya yang menggunakan pegas untuk keseimbangan sempurna menjadi standar emas untuk lampu kerja (task lamp) di seluruh dunia. 

Serge Mouille (1922-1988) Prancis.  Karyanya yang seperti patung kinetik dengan lengan-lengan ramping dan kap lampu hitam adalah respons artistik terhadap kebutuhan fungsional.

Memadukan fungsi dengan siluet skulptural, sangat berpengaruh di Prancis.


Isamu Noguchi (1904-1988) Jepang/AS, Seniman patung yang menciptakan lampu "Akari" dari kertas washi dan bambu.

Karyanya memadukan tradisi Jepang dengan modernisme organik, menjadikan lampu sebagai karya seni.


2. Era Mid-Century Modern (1950-1970-an), Ledakan optimisme pasca-perang, material baru (plastik, fiberglass), dan bentuk-bentuk organik maupun geometris yang bersih mendominasi era ini. Lampu menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep interior modern.

George Nelson (1908-1986) Amerika. "Bubble Lamp" dan "Saucer Lamp" adalah contoh cemerlang penggunaan material industri (plastik semprot) untuk menciptakan objek yang ringan, puitis, dan terjangkau.


Gino Sarfatti (1912-1985) Italia. Pendiri "Arteluce" dan pelopor penggunaan lampu halogen. Sering bereksperimen dengan modul multi-lengan seperti karya ikonik "Sputnik".

Dia memperkenalkan material baru dan bereksperimen dengan segala bentuk, dari lampu gantung multi-lengan yang rumit hingga desain minimalis. Model 2097 Chandelier-nya tetap relevan hingga kini.


Achille Castiglioni (1918-2002), Italia. Salah satu desainer Italia paling cerdas dan berpengaruh. yang menciptakan Arco Floor, lampu lantai dengan lengkungan dramatis dan alas marmer. Lampu Arco (1962) yang ikonik memecahkan masalah pencahayaan di atas meja makan tanpa perlu melubangi langit-langit.

Filosofinya: desain harus menyelesaikan masalah yang belum disadari oleh pengguna.


Arne Jacobsen (1902-1971), Denmark. Arsitek dan desainer total. AJ Lamp (1957) yang ia rancang untuk SAS Royal Hotel Copenhagen memiliki profil asimetris yang khas dan dirancang untuk memfokuskan cahaya dengan sempurna.

Gaya minimalis dan elegan, sangat berpengaruh dalam desain Skandinavia


Emil Stejnar (1939-..), Austria. Dikenal dengan lampu gantung "Sputnik" dan "Snowflake" (seperti Dandelion Chandelier) yang terinspirasi dari bentuk alam dan era antariksa (Space Age). 

Karyanya menangkap kemewahan dan optimisme tahun 50-an dan 60-an. Karyanya dipengaruhi oleh astrologi dan mistisisme, serta latar belakangnya sebagai pembuat perhiasan.


Verner Panton (1926-1998), Denmark. Sezaman dengan Jacobsen tetapi jauh lebih eksperimental dan "pop". 

Ia terkenal dengan penggunaan warna-warna cerah dan bentuk-bentuk futuristik seperti pada VP Globe dan FlowerPot Lamp. Ia masuk dalam Era Mid-Century Modern dengan gaya yang sangat khas.


3. Era Eksperimen & Puisi Cahaya (1970-1990-an). Era ini ditandai oleh dua gerakan: satu sisi adalah eksplorasi teknologi baru seperti halogen, dan sisi lain adalah pemberontakan terhadap modernisme yang kaku, melahirkan desain yang lebih puitis, artistik, dan terkadang humoris.

Gaetano Sciolari (1927-1994) Italia, desainnya mendefinisikan kemewahan era 70-an. Ia menggabungkan garis-garis geometris dan futuristik dengan material klasik seperti kuningan dan krom, menciptakan chandelier yang sculptural futuristik yang terinspirasi dari satelit dan arsitektur brutalist dan glamor yang banyak tampil di film dan interior mewah 70-80-an. 

Karyanya memadukan geometri bertingkat dan logam berkilau


Ingo Maurer (1932-2019) Jerman, Sang "Penyair Cahaya". Ia melampaui fungsi untuk menyentuh emosi. Karyanya seperti Lucellino (bola lampu bersayap bulu), Bulb, dan Zettel'z (lampu gantung dari kertas) adalah seni instalasi yang bisa digunakan di rumah dan menantang batas fungsi dan estetika. 

Ia sering menggunakan bahan tak lazim seperti piring pecah atau kertas dalam instalasi lampunya


Richard Sapper (1932-2015) Jerman/Italia, Seorang jenius teknik dan desain. Tizio Lamp (1972) untuk Artemide adalah sebuah keajaiban keseimbangan dan konduktivitas listrik tanpa kabel yang terlihat, menjadi ikon di Era Eksperimen.



4. Era Postmodern & Memphis (1980-an), Sebagai sub-era dari eksperimen, gerakan ini secara sadar menolak aturan "form follows function". Mereka menggunakan warna-warna berani, bentuk asimetris, dan material tak terduga untuk menciptakan objek yang provokatif dan penuh karakter.

Ettore Sottsass (1917-2007) Italia, Pendiri Memphis Group, sebuah desain kolektif yang mengguncang dunia pada tahun 80-an. Lampunya, seperti Tahiti Lamp, adalah contoh sempurna dari gaya ini: anti-konvensional, penuh warna, dan lebih mirip patung mainan daripada alat penerangan. Merancang lampu seperti Callimaco dan Pausania untuk Artemide.

Filosofinya: desain harus menyentuh sisi emosional dan spiritual manusia


5. Era Avant-Garde Kontemporer (1990-Sekarang), Era ini didorong oleh kemajuan teknologi LED, keberlanjutan (sustainability), dan kaburnya batas antara desain, seni, dan sains. Desain menjadi lebih minimalis, konseptual, dan sering kali interaktif.

Philippe Starck (1949-..) Prancis, Superstar desain yang karyanya ada di mana-mana sejak akhir 80-an. Lampu Miss Sissi (1991) untuk Flos mendemokratisasi desain berkualitas.

Sementara karyanya yang lain sering kali provokatif dan cerdas. Ia menjembatani Era Postmodern dan Kontemporer.


Tom Dixon (1959-...) Inggris, Menggabungkan eksperimen material (tembaga, kuningan, resin) dengan bentuk pahat industrial. Karya seperti "Beat Light" menjadi ikon desain modern.


Michael Anastassiades (1967-...) Siprus/Inggris, Karyanya adalah masterclass dalam keseimbangan dan kesederhanaan geometris. Desainnya untuk Flos, seperti seri IC Lights, terasa seperti patung yang rapuh dan puitis.



Olafur Eliasson (1967-..) Islandia/Denmark, Lebih dari seorang desainer, Dia menggabungkan seni instalasi, sains, dan cahaya, jadi karyanyua berada di skala instalasi besar seperti  "The Weather Project" di Tate Modern. 

Dia adalah seniman yang menggunakan cahaya sebagai medium utamanya untuk mengeksplorasi persepsi dan fenomena alam. 

Ada yang mau menambahkan? 


Tulisan terkait :








0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkomentar