Hari ini genap 27 tahun, sejak 18 Agustus 1998 kami mulai bekerja di manufaktur mebel kayu jati, baik mebel ruang dalam dan ruang luar (outdoor furniture).
Jati, adalah salah satu bahan utama furniture yang paling mahal dan paling dicari di dunia.
Di Indonesia, jati memiliki nilai budaya, khususnya di Jawa, karena digunakan dalam bangunan adat, mebel klasik, dan ukiran tradisional, terutama di daerah seperti Jepara, Blora, Kudus, Semarang, Klaten dan Pasuruan yang terkenal sebagai sentra kerajinan dan mebel jati.
Tidak hanya mahal dan paling dicari, kayu jati memiliki banyak sisi keunikan, ini diantaranya:
Botani dan Ekologi
1. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (bahasa Malayalam) di Kerala, India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis.
2. Pohon jati dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.
3. Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Thailand, Filipina, dan Jawa. Kini dikembangkan di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, Selandia Baru, Pasifik dan Taiwan.
4. Jati menggugurkan daun dimusim kemarau (Deciduous gugur daun).
5. Iklim yang cocok adalah yang mengalami musim kering tidak panjang, dengan curah hujan antara 1200–3000 mm pertahun dengan intensitas cahaya yang tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.
6. Tumbuh di tanah agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P) serta tidak tahan tergenang air.
Pohon dan biji Jati
7. Pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (kurang dari 50%) membuat proses propagasi secara alami sulit, sehingga tak banyak untuk menutupi permintaan atas kayu jati,
8. Jati Unggul Solomon (JUS) dan Jati Plus Perhutani (JPP) adalah hasil kloning dan masih termasuk dalam spesies Tectona grandis. Sedang jati emas (Tectona cordia subcordata) secara ilmiah berbeda genus dan famili. Ia berasal dari famili Boraginaceae, bukan Lamiaceae seperti jati asli.
9. Jati dibudidayakan secara konvensional dengan biji.
10. Kayu jati terbaik berasal dari pohon yang berumur lebih dari 80 tahun, bergaris lingkar besar, berbatang lurus dengan sedikit cabang.
11. Penyerbukan bunga dilakukan oleh banyak serangga, terutama oleh jenis-jenis lebah.
12. Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya dari satu jenis pohon. Ini terjadi di daerah beriklim muson yang kering dimana kebakaran mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon lain akan mati.
13. Jati termasuk spesies yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal dengan buah jati berkulit tebal dan tempurung yang keras. Jika terbakar hingga suhu tertentu lembaga biji jati tidak rusak.
14. Kerusakan tempurung biji jati akan memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba. Jadi kebakaran hutan justru mengakibatkan proses pemurnian tegakan jati, dimana biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati.
15. Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan gulma untuk berkembang dan guguran itu juga menjadi bahan bakar yang dapat memicu kebakaran.
16. Hutan jati paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, mulai dari Kabupaten Jepara hingga Kabupaten Probolinggo, dari ketinggian 200 meter dpl seperti di Besuki hingga 650 meter dpl.
17. Hutan jati terluas di Indonesia berada di Kabupaten Blora, Grobogan, dan Pati, dengan luas mencapai sekitar 1.000.534 hektare, atau sekitar 67% dari total hutan produksi di Jawa. Ini menjadikan Jawa sebagai pusat utama persebaran dan pengelolaan hutan jati di Indonesia.
18. Jati Jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
19. Hampir setengah wilayah Kabupaten Blora adalah kawasan hutan.
20. Sekitar 76% lahan hutan jati Perhutani di Jawa berupa hutan produksi, yaitu kawasan hutan dengan fungsi pokok memproduksi hasil hutan (terutama kayu). Kurang dari 24% dikukuhkan sebagai hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, dan cagar alam.
Sejarah, Ekonomi dan Budaya 21. Menurut T. Altona, penanaman jati pertama kali dilakukan oleh orang Hindu yang datang ke Jawa. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli botani, Charceus yang mengatakan bahwa jati di Pulau Jawa berasal dari India yang dibawa sejak tahun 1500 SM hingga abad ke-7 Masehi. Kontroversi ini kemudian terjawab dengan penelitian marker genetik menggunakan teknik isoenzyme/pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara pada tahun 1994. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa jati yang tumbuh di Indonesia (Jawa) merupakan jenis asli.
22. Jati di Jawa telah berevolusi sejak ratusan ribu tahun yang silam (Mahfudz dkk., t.t. ). Jati ini mengalami mekanisme adaptasi khusus sesuai dengan keadaan iklim dan edaphis yang berkembang ratusan ribu tahun sejak zaman quarternary dan pleistocene di Asia Tenggara.
23. Kayu jati Jawa telah dimanfaatkan sejak zaman kerajaan Majapahit, untuk membangun rumah dan alat pertanian. Pada masa perang dunia kedua, jati di Jawa digunakan untuk membuat kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang.
24. Beberapa daerah di pantai utara Jawa pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Galangan kapal terbesar dan paling terkenal berada di Jepara dan Rembang, hal ini dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16.
25. VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie - Kompeni Hindia Timur Belanda) sangat tertarik kepada “emas hijau” ini, sehingga mendirikan loji pertama mereka di di Jepara pada 1651 dan berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya. Perdagangan jati dianggap lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia yang saat itu sedang mencapai puncak keemasannya.
26. VOC membawa gelondongan jati Jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia.
27. Raffles pada 1817 mencatat jika Jati hanya tumbuh subur di Jawa dan sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Sedang Heyne mencatat Jati di Sulawesi, hanya ada 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman Pulau Butung di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang keturunan jati Jawa.
28. Pascakemerdekaan, jati Jawa masih sangat menguntungkan. Produksi jati selama periode 1984-1988 mencapai 800.000 m3/tahun. Ekspor kayu gelondongan jati pada 1989 mencapai 46.000 m3, dengan harga jual dasar 640 USD/m3.
29. Pada 1990, ekspor gelondongan jati dilarang oleh pemerintah. Perhutani mencatat bahwa 80% pendapatan mereka dari penjualan semua jenis kayu pada 1999 berasal dari penjualan gelondongan jati di dalam negeri.
30. Pada masa yang sama, sekitar 89% pendapatan Perhutani dari ekspor produk-produk jati, terutama yang berbentuk garden furniture (outdoor furniture) atau mebel ruang luar.
31. Sekitar 70% kebutuhan jati dunia dipasok oleh Myanmar (Burma), Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam. Pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma.
32. Jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).
33. Produk-produk ekspor yang disebut berbahan Java teak (Jati Jawa, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur) sangat terkenal dan diburu oleh para kolektor dari luar negeri.
34. Dalam klasifikasi perdagangan, kayu jati dibagi menjadi beberapa kelas. Kayu jati kelas satu ditandai dengan warna coklat keemasan yang seragam, lurus dan bahkan berbutir dengan sedikit pemasaran. Kayu kelas dua kurang berbutir lurus, agak lebih keras dan lebih gelap warnanya dan umumnya dengan garis bergelombang lebar yang lebih gelap. Kayu jati kelas tiga memiliki serat lebih dekat dan umumnya berwarna abu-abu seragam. Umumnya kayu jati perkebunan dianggap memiliki kualitas lebih rendah dan dijual sebagai kayu kelas empat

35. Daun jati dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan seperti nasi dan tempe karena aroma khasnya dan tahan minyak, contohnya adalah nasi Jamblang, Cirebon. Daun jati juga digunakan untuk pengobatan tradisional, Air rebusannya dipakai sebagai obat cuci luka, antiseptik. obat sariawan dan obat batuk tradisional. Orang Lamongan menyeduh tumbukan daun mudanya. Warga Madura meminum seduhan campuran asam jawa dan tumbukan daun jati yang pahit sebagai penawar sakit kolera. Daun jati mengandung zat pewarna merah-coklat yang digunakan sebagai pewarna kain dan makanan oleh masyarakat Pulau Bawean.
36. Kulit batang dipakai untuk obat penyakit kulit, luka luar, untuk melemaskan otot dan tonikum herbal.
37. Akarnya diramu sebagai peluruh urin (diuretik) dan penawar racun ringan. Akar jati digunakan sebagai penghasil pewarna kuning dan kuning coklat alami untuk barang anyaman masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan.
38. Bunga jati atau ekstrak bunga digunakan sebagai antiinflamasi, penurun demam dan obat pencahar pada pengobatan Ayurveda di India selatan. Di beberapa wilayah Asia Selatan, bunga jati dijadikan campuran teh herbal atau rebusan ringan.
39. Buah Jati dalam pengobatan herbal India digunakan untuk mengatasi sembelit, cacingan dan sebagai pembersih darah.
40. Biji yang mengandung sedikit minyak, diekstraksi untuk minyak urut tradisional.
41. Kayu jati mengandung minyak alami (tectoquinone) yang membuatnya licin, tidak mudah menyerap air, tahan pembusukan, dan memberi tampilan mengkilap alami meski tidak dipernis.
42. Erosi tanah akan lebih besar terjadi jika hutan jati berbentuk hutan homogen. Di Gunung Kidul, Yogyakarta, yang gersang dan rusak parah sebelum 1978, berhasil diselamatkan dengan pola penanaman campuran jati dan jenis-jenis lain ini. Dalam selang waktu hampir 30 tahun, lebih dari 60% lahan rusak dapat diubah menjadi lahan yang produktif. Penanaman jati di kebun dan pekarangan dicampur dengan mahoni (Swietenia mahogany), akasia (Acacia villosa), dan sonokeling (Dalbergia latifolia).
43.Di Gunung Kidul ada arboretum Jati; hutan buatan dengan koleksi 32 jenis pohon jati yang tumbuh di seluruh Indonesia.
44.Ada juga Puslitbang Cepu yang mengembangkan bibit jati unggul yang dikenal sebagai JPP (Jati Plus Perhutani). Pengunjung boleh membeli sapihan jati dan menanamnya sendiri di sini. Pengelola kemudian akan merawat dan menamai pohon itu sesuai dengan nama pengunjung bersangkutan.
45.Museum hidup dari pepohonan jati yang berusia lebih dari seabad ada di Monumen Gubug Payung di Cepu, Blora, Jawa Tengah dengan rata-rata tinggi di atas 39 meter dan berdiameter rata-rata 89 sentimeter.
46.Lokomotif uap di museum kereta api Ambarawa menggunakan ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar atau biomassa kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi.
47.Berbagai jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan antara lain : belalang jati ( Jawa : walang kayu) dan ulat-jati (Endoclita). Ulat jati kerap dianggap makanan istimewa karena lezatnya. Ulat ini dikumpulkan menjelang musim hujan, di pagi hari ketika ulat-ulat itu bergelantungan turun dari pohon untuk mencari tempat untuk membentuk kepompong (Jawa: ungkrung).
48.Banyak pesanggem (petani) memanfaatkan kulit pohon jati sebagai bahan dinding rumah.
49.Di sela-sela pepohonan jati, para petani menanam palawija dan memannen madu, sejumlah sumber makanan berkarbohidrat, dan obat-obatan.
50.Makanan pengganti nasi yang tumbuh di hutan jati adalah gadung (Dioscorea hispida) dan uwi (Dioscorea alata). Bahkan, iles-iles (Ammorphophallus) dikonsumsi saat paceklik. Tumbuhan obat-obatan tradisional seperti kencur (Alpina longa), kunyit (Curcuma domestica), jahe (Zingiber officinale), dan temu lawak (Curcuma longa) tumbuh di kawasan hutan ini.
51.Masyarakat desa hutan jati di Jawa juga biasa memelihara ternak seperti kerbau, sapi, dan kambing.
Teknologi Jati
52.Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan II dan kelas keawetan I-II.
53.Kayu jati memiliki berat jenis 0,55 hingga 0,7 dan berbutir lurus atau bergelombang.
54.Ketika tumbuh di daerah kering, teksturnya sangat kasar dan tidak merata.
55.Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak.
56.Pada studi Dendrokronologi : Pola-pola lingkaran tahun atau cincin pertumbuhan pada kayu teras jati tampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
57.Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas.
58.Jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang.
59.Tukang kayu di Eropa pada abad ke-19 konon meminta upah tambahan jika harus mengolah jati. Ini karena kayu jati sedemikian keras hingga mampu menumpulkan perkakas dan menyita tenaga dan waktu mereka.
60.Manual kelautan Inggris bahkan menyarankan untuk menghindari kapal jung Tiongkok yang terbuat dari jati karena dapat merusak baja kapal marinir Inggris jika berbenturan.
61.Jati Burma sedikit lebih kuat dibandingkan jati Jawa, namun permintaan jati Jawa menjadi primadona. Tekstur jati jawa lebih halus dan kayunya lebih kuat dibandingkan jati dari daerah lain.
62.Sekitar 40 senyawa ekstraktif telah diisolasi dari kayu Jati. Tectoquinone pertama kali diisolasi oleh Romins (1887, 1888) dan dikarakterisasi sebagai 2-metil antrakuinon oleh Kafuku dan Sebe (1932).
63.Tektoquinone atau tektoquinon (ß-metil antrakuinon), adalah senyawa kimia alami (quinone) yang termasuk golongan fitokimia dihasilkan oleh pohon jati sebagai bagian dari mekanisme pertahanan biologis terhadap hama, jamur, dan bakteri.
64.Tingginya kandungan 2-methyl anthraquinone di gubal dan empulur menyebabkan jati tahan terhadap serangan rayap kayu (Cryptotermes brevis)
65.Komposisi ekstraktif jati cukup kompleks dan hampir semua antrakunion yang ditemukan dalam kayu efektif melawan rayap tetapi tidak efektif terhadap serangan jamur, namun, senyawa napthoquinone bersifat fungisida.
66.Tectoquinone hanya terdapat pada jati asli, terutama dari pohon jati tua. Keberadaannya sulit ditiru oleh kayu lain, menjadikan jati mahal dan eksklusif.
67.Beberapa varietas jati menyebabkan penyakit kulit karena mengandung Lapachol dan deoxylapachol yang membahayakan kulit walau dalam konsentrasi rendah.
68. Tukang-tukang (dan insinyur) di Jawa kuno Dalam naskah-naskah seperti Kawruh Kalang mengenal beberapa jenis jati (Mahfudz dkk):
- Jati bang : Berwarna gelap, banyak berbercak dan bergaris.
- Jati lengo atau jati malam : kayu yang keras, berat, terasa halus bila diraba dan seperti mengandung minyak (bahasa jawa : minyak=lengo, lilin=malam).
- Jati sungu : Hitam, padat dan berat (bahasa jawa: sungu, tanduk).
- Jati werut : dengan kayu yang keras dan serat berombak.
- Jati kembang : Serat gelap dan jelas, estetis untuk ukiran
- Jati doreng : berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam menyala, sangat indah.
- Jati kapur : kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak kapur. Kurang kuat dan kurang awet.
69.Endapan minyak di dalam sel-sel kayu jati dapat menyebabkan awet dipakai di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap.
70.Kayu Jati digunakan pula dalam struktur bangunan, pelabuhan bahkan jembatan.
71.Rumah-rumah tradisional joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir (gebyok)
72.Selain diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah (outdoor furniture), Jati diolah menjadi vinir (veneer) untuk melapisi muka kayu murah, plywood atau MDF sehingga tampak seperti kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai.
73.Tajuk jati rakus cahaya matahari sehingga cabang-cabangnya tidak bersentuhan. Perakaran jati juga tidak tahan bersaing dengan perakaran tanaman lain. Dengan demikian, serasah tanah cenderung tidak banyak. Tanpa banyak tutupan tumbuhan pada lantai hutan, lapisan tanah teratas lebih mudah terbawa oleh aliran air dan tiupan angin.
Ada yang mau menambahkan?
Tulisan terkait :
Special thanks to : VY Mulya | Manuggal Sentosa Intertrada | Sinarindo Megantara | Port Rush Indonesia - Kohler Interiors | ScanCom Indonesia - ScanCom | Mamagreen Pacific |
- Gambar ilustrasi dibuat di Dale3 via Bing Image Creator
Posted in:
curhat,
idrek,
plantea
|
|
|