Sedikit tentang Metode Belajar Efektif ala Kampus Top Dunia
19 Sep 2025 by yoxx
Belajar efektif bukan soal durasi, tapi soal strategi.
- Gambar-gambar ilustrasi menggunakan model AI DALL-E3
- Dedicated to Tara Kirana Hapsari
19 Sep 2025 by yoxx
Belajar efektif bukan soal durasi, tapi soal strategi.
Posted in: curhat, idrek, inspira | 0 komentar | |
5 Sep 2025 by yoxx
Desain pencahayaan atau lighting design bukan hanya soal menerangi ruangan, tapi juga menciptakan suasana, membentuk ruang, dan menyampaikan ekspresi artistik. Dunia desain pencahayaan memiliki tokoh-tokoh legendaris dan berpengaruh.
Para desainer pencahayaan atau lighting designer berikut ini diurut menurut era ala Charles Jenks :
1. Pelopor Awal & Era Fungsionalisme (1920-1950-an). Era ini ditandai oleh pergeseran dari dekorasi murni ke fungsi. Cahaya mulai dipandang sebagai elemen teknis yang dapat dibentuk untuk kebutuhan manusia, lampu bukan sekadar tempat memasang bohlam.
Poul Henningsen (1894-1967) Denmark. Master dalam membentuk cahaya anti-silau. Seri PH Lamp-nya (seperti PH Artichoke dan PH 5) untuk Louis Poulsen, dirancang untuk meminimalkan silau dan menghasilkan cahaya lembut.
Konsepsinya memadukan fungsi optik dengan estetika Skandinavia. Dengan filosofi “form meets function”, lampunya dirancang untuk menghasilkan cahaya lembut dan tidak menyilaukan.
George Carwardine (1887-1948) Inggris. Seorang insinyur otomotif yang menciptakan prototipe lampu kerja paling ikonik: Anglepoise Lamp (1932) Lampu ini menjadi ikon desain industri dan bahkan menginspirasi karakter Pixar yang terkenal.
Desainnya yang menggunakan pegas untuk keseimbangan sempurna menjadi standar emas untuk lampu kerja (task lamp) di seluruh dunia.
Serge Mouille (1922-1988) Prancis. Karyanya yang seperti patung kinetik dengan lengan-lengan ramping dan kap lampu hitam adalah respons artistik terhadap kebutuhan fungsional.
Memadukan fungsi dengan siluet skulptural, sangat berpengaruh di Prancis.
Isamu Noguchi (1904-1988) Jepang/AS, Seniman patung yang menciptakan lampu "Akari" dari kertas washi dan bambu.
Karyanya memadukan tradisi Jepang dengan modernisme organik, menjadikan lampu sebagai karya seni.
2. Era Mid-Century Modern (1950-1970-an), Ledakan optimisme pasca-perang, material baru (plastik, fiberglass), dan bentuk-bentuk organik maupun geometris yang bersih mendominasi era ini. Lampu menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep interior modern.
George Nelson (1908-1986) Amerika. "Bubble Lamp" dan "Saucer Lamp" adalah contoh cemerlang penggunaan material industri (plastik semprot) untuk menciptakan objek yang ringan, puitis, dan terjangkau.
Gino Sarfatti (1912-1985) Italia. Pendiri "Arteluce" dan pelopor penggunaan lampu halogen. Sering bereksperimen dengan modul multi-lengan seperti karya ikonik "Sputnik".
Dia memperkenalkan material baru dan bereksperimen dengan segala bentuk, dari lampu gantung multi-lengan yang rumit hingga desain minimalis. Model 2097 Chandelier-nya tetap relevan hingga kini.
Achille Castiglioni (1918-2002), Italia. Salah satu desainer Italia paling cerdas dan berpengaruh. yang menciptakan Arco Floor, lampu lantai dengan lengkungan dramatis dan alas marmer. Lampu Arco (1962) yang ikonik memecahkan masalah pencahayaan di atas meja makan tanpa perlu melubangi langit-langit.
Filosofinya: desain harus menyelesaikan masalah yang belum disadari oleh pengguna.
Arne Jacobsen (1902-1971), Denmark. Arsitek dan desainer total. AJ Lamp (1957) yang ia rancang untuk SAS Royal Hotel Copenhagen memiliki profil asimetris yang khas dan dirancang untuk memfokuskan cahaya dengan sempurna.
Gaya minimalis dan elegan, sangat berpengaruh dalam desain Skandinavia
Emil Stejnar (1939-..), Austria. Dikenal dengan lampu gantung "Sputnik" dan "Snowflake" (seperti Dandelion Chandelier) yang terinspirasi dari bentuk alam dan era antariksa (Space Age).
Karyanya menangkap kemewahan dan optimisme tahun 50-an dan 60-an. Karyanya dipengaruhi oleh astrologi dan mistisisme, serta latar belakangnya sebagai pembuat perhiasan.
Verner Panton (1926-1998), Denmark. Sezaman dengan Jacobsen tetapi jauh lebih eksperimental dan "pop".
Ia terkenal dengan penggunaan warna-warna cerah dan bentuk-bentuk futuristik seperti pada VP Globe dan FlowerPot Lamp. Ia masuk dalam Era Mid-Century Modern dengan gaya yang sangat khas.
3. Era Eksperimen & Puisi Cahaya (1970-1990-an). Era ini ditandai oleh dua gerakan: satu sisi adalah eksplorasi teknologi baru seperti halogen, dan sisi lain adalah pemberontakan terhadap modernisme yang kaku, melahirkan desain yang lebih puitis, artistik, dan terkadang humoris.
Gaetano Sciolari (1927-1994) Italia, desainnya mendefinisikan kemewahan era 70-an. Ia menggabungkan garis-garis geometris dan futuristik dengan material klasik seperti kuningan dan krom, menciptakan chandelier yang sculptural futuristik yang terinspirasi dari satelit dan arsitektur brutalist dan glamor yang banyak tampil di film dan interior mewah 70-80-an.
Karyanya memadukan geometri bertingkat dan logam berkilau
Ingo Maurer (1932-2019) Jerman, Sang "Penyair Cahaya". Ia melampaui fungsi untuk menyentuh emosi. Karyanya seperti Lucellino (bola lampu bersayap bulu), Bulb, dan Zettel'z (lampu gantung dari kertas) adalah seni instalasi yang bisa digunakan di rumah dan menantang batas fungsi dan estetika.
Ia sering menggunakan bahan tak lazim seperti piring pecah atau kertas dalam instalasi lampunya
Richard Sapper (1932-2015) Jerman/Italia, Seorang jenius teknik dan desain. Tizio Lamp (1972) untuk Artemide adalah sebuah keajaiban keseimbangan dan konduktivitas listrik tanpa kabel yang terlihat, menjadi ikon di Era Eksperimen.
4. Era Postmodern & Memphis (1980-an), Sebagai sub-era dari eksperimen, gerakan ini secara sadar menolak aturan "form follows function". Mereka menggunakan warna-warna berani, bentuk asimetris, dan material tak terduga untuk menciptakan objek yang provokatif dan penuh karakter.
Ettore Sottsass (1917-2007) Italia, Pendiri Memphis Group, sebuah desain kolektif yang mengguncang dunia pada tahun 80-an. Lampunya, seperti Tahiti Lamp, adalah contoh sempurna dari gaya ini: anti-konvensional, penuh warna, dan lebih mirip patung mainan daripada alat penerangan. Merancang lampu seperti Callimaco dan Pausania untuk Artemide.
Filosofinya: desain harus menyentuh sisi emosional dan spiritual manusia
5. Era Avant-Garde Kontemporer (1990-Sekarang), Era ini didorong oleh kemajuan teknologi LED, keberlanjutan (sustainability), dan kaburnya batas antara desain, seni, dan sains. Desain menjadi lebih minimalis, konseptual, dan sering kali interaktif.
Philippe Starck (1949-..) Prancis, Superstar desain yang karyanya ada di mana-mana sejak akhir 80-an. Lampu Miss Sissi (1991) untuk Flos mendemokratisasi desain berkualitas.
Sementara karyanya yang lain sering kali provokatif dan cerdas. Ia menjembatani Era Postmodern dan Kontemporer.
Tom Dixon (1959-...) Inggris, Menggabungkan eksperimen material (tembaga, kuningan, resin) dengan bentuk pahat industrial. Karya seperti "Beat Light" menjadi ikon desain modern.
Michael Anastassiades (1967-...) Siprus/Inggris, Karyanya adalah masterclass dalam keseimbangan dan kesederhanaan geometris. Desainnya untuk Flos, seperti seri IC Lights, terasa seperti patung yang rapuh dan puitis.
Olafur Eliasson (1967-..) Islandia/Denmark, Lebih dari seorang desainer, Dia menggabungkan seni instalasi, sains, dan cahaya, jadi karyanyua berada di skala instalasi besar seperti "The Weather Project" di Tate Modern.
Dia adalah seniman yang menggunakan cahaya sebagai medium utamanya untuk mengeksplorasi persepsi dan fenomena alam.
Ada yang mau menambahkan?
Tulisan terkait :
Posted in: idrek | 0 komentar | |
18 Agu 2025 by yoxx
Posted in: curhat, idrek, plantea | 0 komentar | |
26 Apr 2025 by yoxx
Mobil listrik (BEV – Battery Electric Vehicle) adalah jenis mobil yang sepenuhnya menggunakan tenaga listrik dari baterai sebagai sumber energinya, tanpa mesin bensin atau diesel sama sekali. Motor listrik menggerakkan roda, dan baterainya bisa diisi ulang menggunakan listrik dari luar, biasanya melalui stasiun pengisian daya.
Sejarah mobil listrik (Battery Electric Vehicle / BEV) cukup panjang dan menarik, dimulai jauh sebelum mobil berbahan bakar bensin menjadi dominan.
Berikut garis besar sejarahnya:
1. Awal Kemunculan (Akhir 1800-an)
2. Masa Keemasan Awal (1890-an – 1920-an)
3. Penurunan Popularitas (1920-an – 1970-an)
4. Kebangkitan Kembali (1970-an – 1990-an)
5. Era Modern (2000-an – Sekarang)
Masa Depan
Beberapa mobil listrik BEV (Battery Electric Vehicle) yang populer saat ini meliputi:
Mobil BEV yang dianggap unik sering kali memiliki desain futuristik atau fitur inovatif. Beberapa contoh menarik:
Tulisan lain :
#sejarahmobillistrik #batteryelectricvehicle
Posted in: idrek, inspira | 0 komentar | |
19 Apr 2025 by yoxx
Mobil hidrogen FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle) adalah mobil listrik yang menggunakan hidrogen sebagai sumber energi, bukan baterai besar seperti pada mobil listrik biasa BEV (Battery Electric Vehicle).
Cara Kerja FCEV :
1. Tangki Hidrogen, Mobil FCEV punya tangki hidrogen bertekanan tinggi (biasanya 700 bar). Hidrogen ini disimpan aman dan kuat di bawah mobil.
2. Masuk ke Fuel Cell Stack, Hidrogen dari tangki dialirkan ke fuel cell stack (tumpukan sel bahan bakar). Sementara itu, oksigen dari udara luar juga masuk lewat intake.
3. Reaksi Kimia (Elektrokimia) Terjadi, Di dalam fuel cell, hidrogen (H₂) bereaksi dengan oksigen (O₂) menggunakan elektroda dan membran khusus. Hasilnya: Listrik (untuk menggerakkan motor listrik) Uap Air (H₂O) → keluar lewat knalpot sebagai uap air, tidak ada emisi karbon
4. Motor Listrik Aktif, Listrik yang dihasilkan langsung digunakan untuk menggerakkan motor listrik di roda. Kadang juga disimpan sebentar di baterai kecil atau superkapasitor untuk bantu akselerasi cepat atau start awal.
5. Regenerative Braking, Saat rem diinjak, energi dari pengereman bisa dikembalikan dan disimpan ke baterai kecil itu.
Model populer:
Sejarah mobil berbahan bakar hidrogen cukup panjang dan menarik, karena teknologi ini sudah dikembangkan sejak awal abad ke-19, tetapi baru mulai diaplikasikan secara serius dalam industri otomotif modern beberapa dekade terakhir.
Berikut adalah garis besar sejarahnya:
1. Awal Konsep (1800-an)
2. Perkembangan Awal (1950–1970-an)
3. Eksperimen Otomotif (1990-an)
4. Komersialisasi Awal (2000–2010)
5. Mobil Hidrogen Modern (2010-sekarang)
Honda Clarity Xperiment Fuel Cell
Kelebihan dan Tantangan mobil hidrogen.
Kelebihan:
Tantangan:
Tulisan terkait :
Posted in: idrek, inspira | 2 komentar | |
19 Mar 2025 by yoxx
Di Indonesia, mobil jenis MPV (Multi-Purpose Vehicle) mendominasi karena fungsinya yang pas untuk memuat keluarga dan sebagai taksi online, Namun di Jepang, ada satu jenis mobil mungil yang sangat populer disebut Mobil Kei.
Istilah kei adalah pemendekan dari kei-jidōsha, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai kendaraan ringan, mobil supermini atau mobil mikro Jepang.
Kendaraan kecil di Jepang dengan mesin di bawah 660 cc, awalnya dirancang sebagai jawaban terhadap peraturan pajak dan asuransi pemerintah Jepang yang mengukur tingkat emisi dari kendaraan tersebut. Selain itu, kehadiran Kei Car merupakan sebuah solusi bagi para pemilik mobil di Jepang yang wajib memiliki sertifikat lahan parkir. Mobil Kei ini irit bahan bakar, pajak rendah, dan gampang diparkir di jalanan sempit dimana pemilik dapat menikmati tarif pajak dan asuransi yang lebih rendah,dimana biaya kepemilikan keseluruhan yang lebih rendah, bahkan disebagian besar daerah pedesaan, mereka juga dibebaskan dari persyaratan kepemilikan tempat parkir umum (shako shōmeisho).
Awal kehadiran mobil Kei ada pada pasca Perang Dunia II ketika kondisi ekonomi Jepang menurun, Pada tahun 1949 Pemerintah Jepang memberikan penghematan asuransi dan pajak kepada pemilik mobil dengan membuat kendaraan ringan dan mungil, untuk merangsang kepemilikan mobil dan pertumbuhan industri mobil Jepang.
Tahun 1958 sampai 1970-an adalah era 300cc. Tahun 1970-an 550 cc, di mana mesin dan teknologi mobil Kei dikembangkan dengan lebih modern. Dilanjutkan tahun 1990-an dengan 660cc saat perkembangan mesin dan teknologi mobil Kei yang lebih inovatif.
Tahun 1970-an kapasitas mesin meningkat hingga 360 cc. Batas kecepatan kendaraan di perkotaan juga naik dari 40 km/jam menjadi 60 km/jam. Tahun itu, penjualan Kei Car meningkat pesat hingga 750 ribu unit.
Pada tahun 1975, penjualan Kei Car hanya tembus 150 unit saja, masih sangat lesu. Pabrikan pun mulai beralih menggunakan mesin dengan kapasitas lebih besar yakni 443cc – 490cc untuk mengikuti kebijakan pemerintah. Pemerintah kemudian membuat peraturan mesin mobil Kei hingga 550cc.
Tahun 1980-an, tampilan mobil kei semakin modern dengan berbagai fitur modern seperti four wheel drive (FWD), turbocharge, hingga AC. Faktor perubahan ini juga didukung dengan meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat Jepang. Kecepatan mobil Kei juga bertambah menjadi 80 km/jam. Beberapa produsen yang memproduksi kei car tahun itu adalah Suzuki Alto, Subaru Family Rex dan Daihatsu Mira.
Tahun 1998 mobil Kei memiliki batas ukuran dan masih dianggap sebagai standar untuk mobil Kei, yaitu : panjang 3,39 m (11,1 kaki), lebar 1,48 m (4,8 kaki), dan tinggi 2 m (6,5 kaki).
Tahun 2000-an mobil kei mencapai puncak popularitasnya. Produk paling laris adalah Suzuki Wagon R, yang menjadi Kei Car terlaris di Jepang sepanjang 2003-2008.
Tahun 2011 Beberapa produk Kei Car yang dipasarkan saat itu di antaranya Toyota Pixis Space. Daihatsu Move Conte, Mitsubishi eK, Nissan Dayz, Nissan Otti, Honda N-one, N-Box, dan N-WGN.
Pada tahun 2018, tujuh dari 10 model terlaris adalah mobil kei, termasuk empat teratas, semuanya adalah mobil mobil van penumpang berbentuk kotak: Honda N-Box, Suzuki Spacia, Nissan Dayz, dan Daihatsu Tanto.
Istilah mobil Kei di Indonesia nampaknya kini lebih mirip dengan kategori mobil yang kita kenal dengan nama LCGC (Low Cost Green Car) yang umumnya memiliki kapasitas mesin mulai dari 980-1200cc.
Suzuki Karimun versi tanah air pada 1999 sebenarnya adalah Wagon R Wide (non Kei Car) dengan mesin 970cc yang merupakan versi lebih besar dari versi Kei Car sesungguhnya, Wagon R.
Mobil Kei asli dari Jepang akan sangat mahal jika didatangkan langsung dalam bentuk CBU (Completely Built Up) terlebih dengan mesin yang hanya di kapasitas 660cc, Pada 2015, Daihatsu juga pernah memasarkan produk Kei Car bernama Copen di Indonesia. Dijual terbatas, Copen dibanderol cukup mahal yaitu lebih dari Rp410 juta. Karena hal tersebut Kei Car satu ini kurang populer di Indonesia. Sama halnya dengan Daihatsu Ceria yang sebenarnya adalah Daihatsu Mirage Gen 3. Daihatsu Ceria yang juga dijual di Malaysia menggunakan nama Perodua Myvi menggunakan mesin berkapasitas 850cc.
15 Desain mobil Kei Terbaik Sepanjang Masa
1 | Subaru 360 (1958-1971) |
2 | Suzuki Jimny / Jimuni (1970-2024) |
3 | Honda Beat (1991-1996) |
4 | Suzuki Cappucino / Kapucino (1991-1998) |
5 | Autozam AZ-1 / Otozamu (1992-1994) |
6 | Daihatsu Copen / Kopen (2002-..) |
7 | Honda S660 (2015-2022) |
8 | Caterham Seven 160 (2013-..) Inggris |
9 | Suzuki Alto RS Turbo / Aruto (1985-1988) |
10 | Nissan Sakura EV (2022-..) |
11 | Honda N-One / Enuwan (2012-..) |
12 | Daihatsu Mira Cocoa (2009-2018) |
13 | Toyota Pixis Mega / Pikushisu (2015-2022) |
14 | Mitsubishi Pajero Mini (1994-2012) |
15 | Nissan Pao (1989-1991) |
Tulisan terkait ;
Posted in: idrek, inspira | 1 komentar | |
Terimakasih sudah berkomentar
Copyright 2007 | All Rights Reserved.
xxoy