Setelah gempa bumi terjadi, akan tampak bahwa banyak sekali bangunan yang rusak dan tidak bisa ditempati. Data dari penelitian terhadap rumah-rumah yang roboh total akibat gempa pada tahun 2007 dengan kekuatan 7,9 SR di Bengkulu,  terungkap bahwa sebagian besar struktur yang rusak adalah rumah permanen yang terbuat dari batu bata atau beton.
Jelaslah bahwa bambu adalah salah satu jawaban untuk bangunan tahan gempa yang juga sejalan dengan konsepsi arsitektur hijau.



Sebagai material sebuah struktur, bambu mempunyai berbagai kelebihan seperti:
  • Seratnya yang liat dan elastis sangat baik dalam menahan beban (baik beban tekan/tarik, geser, maupun tekuk). Bahkan beberapa bangunan di Jepang memakai bambu sebagai tulangan beton. 
  • Material yang murah karena relatif mudah didapat dan cepat untuk disambung sebagai satu kesatuan struktur yang utuh, mengingat kayu harganya relatif lebih mahal dari bambu.
  • Material yang ramah lingkungan, karena sesuai dengan konsep arsitektur hijau yang mudah untuk dikurangi, digunakan kembali atau didaur ulang (reduce, reuse, recycle.), Selain itu bambu tumbuh lebih cepat daripada tanaman berkayu, baik desidu maupun konifer.
  • Nyaman, karena pada siang hari pori-pori bambu melepaskan udara dingin yang disimpan pada malam harinya. Sehingga siang hari di dalam rumah tetap terasa sejuk vice versa di malam hari, pori-pori mampu melepaskan panas yang disimpannya pada siang hari sehingga malam di dalam rumah terasa lebih hangat.
  • Sehat, karena memenuhi prinsip-prinsip penghawaan silang atau cross ventilation.
  • Nilai artistik yang tinggi mengingat bentuk, tekstur dan warna yang dihasilkan dari bambu akan memberi nuansa tersendiri bagi sebuah struktur.


Lantas bagaimana bambu disusun sebagai struktur?
  • Karena bambu relatif ringan, maka tidak perlu ada sub-struktur atau pondasi tertanam, cukup umpak atau beton telapak sebagai pondasi setempat, namun untuk menghindari pelapukan, bagian bawah struktur bambu tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah.
  • Struktur utama yaitu kolom dan balok menggunakan bambu ater / pring jawa (Gigantochloa atter) atau bambu petung (Dendrocalamus asper) diameter 15 cm. Kuda-kuda memakai Bambu Gombong (Gigantochloa verticillata) atau Bambu Andong (Gigantocloa verticillata) atau yang sejenis dengan diameter 12 cm, Gording memakai bambu legi diameter 10cm, Kaso memakai bambu apus (Gigantocloa apus) atau bambu tali (Asparagus cochinchinensis) diameter 6 cm, Reng memakai bambu apus atau bambu tali 6 cm dibelah 2. Sambungan menggunakan mur baut 12 mm dan ijuk untuk menyambung antarbambu. Sambungan dengan baut menciptakan konstruksi yang tidak kaku sehingga tahan terhadap gempa karena konstruksi akan bergerak mengikuti arah getar gempa. Terlebih dahulu bambu dibor, kemudian baut dimasukkan ke bambu dan diberi mur. murnya dipasang tidak terlalu rapat agar bambu tidak pecah karena adanya rongga pada bambu. sambungan ringan lainnya dapat menggunakan tali ijuk atau bila ingin terlihat lebih mewah dapat menggunakan rotan.
  • Penutup dinding atau plafon dari bambu apus, bambu tali atau bahkan ada yang memakai bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea) dengan anyaman bambu yang dibuat beberapa lapis untuk membuat dinding cukup rapat untuk ditembus debu dan udara panas atau dingin.
  • Bila ingin menggunakan lantai dari bambu, maka permukaan lantainya harus ditinggikan (minimal 40—50 cm dari tanah) oleh sebab itu biasanya bangunan seperti ini berupa konstruksi panggung.

Material bambu dapat berumur lebih panjang lebih dari 7 tahun bila melalui beberapa perlakuan:
  1. Tebang di musim kemarau atau ikuti siklus edar bulan untuk mencegah serangan kumbang Dinoderus sp (Coleoptera bostrichidae) dan pilih bambu lurus dan yang berumur 4 tahun atau lebih.
  2. Setelah ditebang kemudian diawetkan setelah itu rendam dalam air mengalir (biasanya direndam disungai atau dibenamkan dalam lumpur) dengan pucuk menghadap hulu untuk mengurangi kadar pati.
  3. Gunakan pengasapan belerang agar hama yang mengganggu mati.
  4. Gunakan ter (bitume) atau oli bekas untuk menutup ujung buluh.
  5. Keringkan bambu dan bila disimpan, maka simpan ditempat yang kering.



Tulisan terkait :


Foto-foto milik pribadi diambil di Warung Mang Engking Jogjakarta 

7 komentar:

    On 10/08/2009 12:05 PM Anonim mengatakan...

    guna rumput raksasa ini sangat banyak...
    saat
    <30 hari untuk dimakan
    6-9 bulan untuk keranjang
    2-3 untuk laminasi
    3-6 untuk konstruksi
    >6 tahun perlahan bambu mulai kehilangan kekuatannya hingga usia 12 tahun.

     
    On 10/08/2009 12:12 PM Anonim mengatakan...

    jadi inget oscar hidalgo si arsitek bambu yang lahir di kolombia itu....
    indonesia yang kaya bambu kok gak punya aristek bambu ya?

     
    On 10/08/2009 12:53 PM cak aman mengatakan...

    Isoae cak, tapi emang benerkoq.... sukses cak

     
    On 10/08/2009 3:27 PM aprie mengatakan...

    gempa sih tahan aja, kalo ada puting beliung bisa tahan ga ya?

     
    On 10/08/2009 4:14 PM yoxx mengatakan...

    naa itu pertanyyan bagus :) sampai seberapa kuat bisa nahan hempasan angin

     
    On 10/12/2009 9:13 AM baba's mengatakan...

    Rumahku di kampung pake bambu/gedek, tp kalo musim barat, kena angin puting beliung suka berantakan. apa masih ada teman2 yang mau rmh bambu ?

     
    On 10/12/2009 9:20 AM yoxx mengatakan...

    waktu gempa rumah bambu cuma bergoyang, saat terhempas angin beban terberat diterima oleh dinding pengisi dari sisi samping... ada baiknya untuk meninjau ulang sambungan dinding dengan struktur utama ya.
    saya masih pengen pakai bambu mas :)

     

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkomentar