siklus di jawa
28 Agu 2008 by yoxx
Nama orisinil dari siklus tujuh harian (Saptawara), tersebut adalah Aditya (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Budha (Rabu), Whraspati (Kamis), Cukra (Jumat) dan Caniscara (Sabtu) kemudian dilafalkan dengan lidah Jawa :
1. Radite / Dite (Ahad / Minggu)
2. Soma (Senin)
3. Anggara / Anggoro (Selasa)
4. Budha / Budho (Rabu)
5. Respati (Kamis)
6. Sukra / Sukro (Jumat)
7. Tumpak (Sabtu)
Siklus kedua adalah siklus 5 harian (Pancawara) yang kita kenal sebagai hari (dina) pasaran.
1. Legi sinonim dengan Manis atau Pethak / pethakan (artinya: putih)
2. Pahing bersinonim dengan Abritan / Abrit (artinya: merah) disebut juga Jenar.
3. Pon bersinonim dengan Jene / Jeneyan (artinya: Kuning) atau Palguna.
4. Wage bersinonim dengan Cemeng / Cemengan (artinya: hitam) atau Kresna / Langking
5. Kliwon sinonim Kasihan / Kasih.
Weton adalah kombinasi hari kelahiran dengan hari pasarannya, Selamatan pertama disebut selapan, Selapan adalah siklus 35-harian gabungan dari nama hari dan pasaran ( kelipatan 7 dan 5) misalnya:Menurut unsurnya : Kliwon unsur jiwa, Legi unsur udara, pahing unsur api, pon unsur air dan wage unsur tanah (jadi ingat sama Avatar Aang)
Selasa legi = Anggoro Manis
Jumat Kliwon = Sukro Kasih
Kemudian siklus ketiga adalah Paringkelan (Sadwara) yaitu: perhitungan hari dengan siklus 6-harian, terdiri dari:
1. Tungle (Daun)
Siklus keempat adalah Padewan (Dewa penguasa hari), Perhitungan hari dengan siklus 8 harian (Hastawara):
1. Sri
Siklus kelima adalah Padangon (Sangawara), yaitu perhitungan hari dengan siklus 9 harian terdiri dari:
1. Dangu (Batu)
Kemudian siklus keenam adalah Wuku atau Pawukon yaitu: perhitungan hari dengan siklus 210 harian, terdiri dari 30 wuku :
1. Sinta ; 2. Landhep ; 3. Wukir ; 4. Kurantil;
Menurut Pak Hendro Setyanto, Hingga 1633 masehi masyarakat Jawa masih menggunakan sistem penanggalan berdasarkan pergerakan matahari. Penanggalan matahari dikenal sebagai Saka Hindu Jawa. Tahun Saka Hindu 1555, bertepatan dengan tahun 1633 masehi, Raja Mataram Sri Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo mengganti konsep dasar sistem penanggalan Matahari (Solar atau Syamsiyah) menjadi sistem Bulan (Lunar atau Komariyah). Perubahan sistem penanggalan dilakukan hari Jumat Legi, saat pergantian tahun baru Saka 1555 yang ketika itu bertepatan dengan tahun baru Hijriah tanggal 1 Muharam 1043 hijriyah dan 8 Juli 1633 masehi. Pergantian sistem penanggalan tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555 yang sedang berjalan menjadi tahun 1, melainkan meneruskannya. Hitungan tahun tersebut berlangsung hingga saat ini.
Candrasangkala Jawa atau perhitungan penanggalan Jawa menetapkan pergantian hari atau bulan saat matahari terbenam (biasa disebut surup, antara pukul 17.00 sampai dengan 18.00), sedang pergantian hari saat pergantian bulan pada penanggalan Hijriah ditentukan melalui Hilal dan Rukyat. Kalender hijriyah mempunyai kemudahan tersendiri karena sederhana dan mudah untuk diamati.
Siklus Jawa yang pengaruhi oleh hitungan hari bulan Kamariyah adalah siklus ketujuh yaitu Sasi (bulan) Jawa, terdiri dari 12 sasi:
1. Sura
Siklus kesembilan adalah Windu atau siklus 8 tahunan (orisinil Jawa),:
1. Adi (Linuwih)
Siklus kesepuluh adalah Lambang umurnya 8 tahun terdiri dari 2 (orisinil Jawa):
1. Lambang Langkir.
Siklus kesebelas disebut Kurup yang berumur 15 windu atau 120 tahun terdiri dari 7 kurup (menurut tanggal 1 Suro tahun Alip) :
1. Senen (Isananiyah)
Pada tahun 1855 Masehi, karena penanggalan lunar atau bulan (Komariyah) dianggap tidak memadai untuk patokan agraris para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim pada tahun Solar atau matahari (Syamsiyah) atau disebut Pranata Mangsa oleh Mangkunegara IV penggunaannya ditetapkan secara resmi. Pranata mangsa ini adalah pembagian bulan yang asli Jawa dan sudah digunakan sejak jaman pra-Islam.
Siklus keduabelas yaitu Mangsa (musim) yang berlaku di Jawa menurut pemahaman ini dibagi menjadi 4 musim utama yaitu:
1. Musim hujan (Rendeng)
2. Musim pancaroba (Mareng / Kemareng)
3. Musim kemarau (Ketiga)
4. Musim menjelang hujan (Labuh)
Ke-4 musim di atas dibagi-bagi lagi menjadi 12 Pranata mangsa atau sub-musim (yang menjadi siklus ketigabelas), dibuat berdasaarkan pola agraris dengan ciri-ciri komoditas dominan pada saat tersebut yaitu:
1. Mangsa Kasa atau mangsa kartika dimulai 21 Juni (41 hari)
2. Mangsa Karo atau mangsa pusa mulai 2 Agustus (23 hari)
3. Mangsa Katelu mulai 25 Agustus (24 hari)
4. Mangsa Kapat mulai 19 September (25 hari)
5. Mangsa Kalima mulai 14 Oktober (27 hari)
6. Mangsa Kanem mulai 10 Nopember (43 hari)
7. Mangsa Kapitu 23 Desember (43 hari)
8. Mangsa Kawolu 4 Pebruari (26 hari-27 hari saat tahun kabisat)
9. Mangsa Kasongo mulai 1 Maret (25 hari)
10. Mangsa Kasepuluh (Srawana) mulai 26 Maret (25 hari)
11. Mangsa Dastha (Padrawana) mulai 19 Apri (23 hari)
12. Mangsa Sada/Saya (Asuji) mulai 12 Mei (41 hari)
Sedikit catatan:
Selain itu ada tiga siklus yang sudah jarang atau bahkan tidak dipakai di Jawa, kecuali di Bali dan Tengger, Bromo seperti:
1. Siklus 2 harian (Dwiwara):
2. Siklus 3 harian (Triwara) harinya:
3. Siklus 4 harian (Caturwara) harinya:
4. Siklus 10 harian (Dasawara) harinya:
Oops banyak ya?
Tulisan terkait