sedikit tentang hasta brata

Lebaran adalah saat yang tepat untuk keluyuran mengunjungi para suheng dan suhu yang pernah berbagi ilmu, Ketika berkunjung kekediaman seorang suhu, jadi sangat ingin tahu dengan stilasi matahari yang ada pada  langit-langit rumah. Beliau menjelaskan bahwa stilasi tersebut mengingatkian dia tentang hasta brata atau asta brata. Menurut beliau istilah ini diambil dari buku “Wahyu Makutha Rama” dari epik Ramayana saat Wibisana dilantik oleh Sri Rama menggantikan kakaknya, Rahwana, buku ini ditulis oleh Yasadipura I yang hidup pada akhir abad ke-18 (1729-1803 M) di keraton Surakarta.
“Hasta” berarti delapan dan “brata” adalah tindakan atau langkah, artinya delapan langkah yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya. Tindakan-tindakannya mencontoh delapan watak dari benda-benda di alam yakni Matahari, Bulan, Bintang, Bumi, Api, Angin, Langit dan Air

[surya majapahit]
  • Matahari (Surya); adalah sumber energi dan kehangatan, pemimpin harus menjadi sumber inspirasi, semangat dan motivasi bagi para pengikutnya. pemimpin juga harus selalu adil. Seperti matahari yang menerangi semua orang. Semuanya diperlakukan adil dan sama rata.
  • Bulan (Chandra); pencerah kala petang, pemimpin yang diteladani, justru hadir saat masa-masa gelap dan sulit. pemimpin yang memberi pencerahan waktu gelap, memberi petunjuk dan arahan untuk keluar dari kemelut, sekaligus pribadi yang menyenangkan, menarik hati dan memberi terang kepada anak buahnya.
  • Bintang (Kartika); simbol yang maha kuasa dan maha pencipta. Seorang pemimpin harus bertakwa, ingat dan mengabdi kepada Tuhan, dan sekaligus penunjuk arah yang indah serta bisa menjadi pedoman arah dalam melangkah bagi bawahannya.
  • Bumi (Bhumi); simbol sabar dan subur yang memberikan kesejahteraan bagi seluruh mahkluk hidup yang ada di atasnya, pemimpin yang selalu sabar akan mampu menghadapi segala tantangan apapun juga bentuknya. Seorang pemimpin yang membumi, selalu tegas, konsisten, tak tergoyahkan tetapi tetap sederhana. 
  • Api (Dahana); mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Pemimpin harus mampu membakar jika diperlukan. Jika terdapat resiko yang mungkin bisa merusak organisasi, kemampuan untuk merusak dan menghancurkan resiko untuk kelangsungan oraganisasi, juga berarti seorang pemimpin berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.
  • Angin (Maruta); bagaikan angin, pemimpin harus mampu berhembus kemana saja, dan bergaul dengan siapa saja selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. pemimpin yang dekat dengan rakyatnya.
  • Langit (Angkasa); luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam. namun langit juga bisa bersifat seperti mendung yang berwibawa menakutkan, tetapi setelah berubah menjadi air atau hujan, dapat menyegarkan semua makhluk hidup. juga berarti pemimpin harus menjaga kewibawaan, terbuka dan memberikan yang bermanfaat bagi anak buahnya.
  • Air (Tirta/samudra); seorang pemimpin harus menjadi muara dan penyejuk bagi semua pengikut. samudra juga menjadi simbol kreatifitas dari seorang pemimpin dalam memberdayakan semua pengikutnya. Betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan, namun dengan pemberdayaan mereka yang dipimpinnya bisa menjadi ombak yang perkasa.
Pemimpin yang baik pastilah tidak menggunakan semua “unsur-unsur”nya dengan tergesa-gesa, namun mereka tahu kapan menggunakannya. Lantas siapakah pemimpin itu? “pemimpin” ada pada  : Komandan disiplin yang mampu memerintah anak buahnya dengan tegas dan berani tampil ke depan yang memberi arahan dan perintah disertai dengan petunjuk dan pedoman yang jelas, ada pada seorang Bapak yang bijaksana dan adil, mengayomi anaknya, memberi harapan kehidupan yang bahagia dan menjamin kesejahteraan seluruh anaknya. Pemimpin harus mampu menciptakan suasana tenang, tentram dan damai sehingga anakya dapat hidup tentram, juga dapat membimbing anaknya agar dapat mandiri dan bekerja benar. Ada pada Ibu yang memiliki rasa kasih sayang, yang juga dapat menampung aspirasi, keluhan, laporan dan informasi dari anaknya untuk dianalisa sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Ada pada Guru yang mendidi, mengajar dan melatih pada anak buahnya guna kaderisasi. Guru merupakan sumber ilmu, karenanya seorang pemimpin harus selalu belajar agar ilmu pengetahuannya berkembang dan mempunyai visi yang jauh ke depan. Sebagai guru, seorang pemimpin harus sabar dan dapat menilai secara obyektif hasil karya anak buahnya. Ada pada Pandita yang taat dalam menjalankan ibadahnya dan mendorong anak buahnya untuk melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Pemimpin harus menanamkan moral, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Ada pada seorang Satria yang melindungi dan mau berkorban demi kebahagiaan anak buahnya. Yang terpenting dari seorang satria adalah rasa malu untuk berbuat curang, menyeleweng, melakukan korupsi dan menyalahgunakan wewenang. Serta dapa pada seorang…. Sahabat, yang tidak perlu menjaga jarak dengan menjauhkan diri. sebagai sahabat, seorang pemimpin harus memiliki keakraban, tenggang rasa, mampu berdialog dalam memecahkan masalah yang terjadi. Dengan keakraban, anak buah merasa dihargai sehingga timbul motivasi untuk bekerja lebih giat dan bersemangat.

Beruntunglah bahwa silaturahmi tidak hanya memanjangkan umur namun juga mendapatkan banyak kebaikan, seperti halnya “ilmu kuno” dari mereka. Semoga berguna…



Ada yang mau menambahkan?

Tulisan lain :



1 komentar:

    On 10/19/2008 4:12 PM Anonim mengatakan...

    Pertamax
    waduh memang silahturahmi mempunyai banyak keuntungan yah. Mulai dari 0 ya bos

     

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkomentar