All fine architectural values are human values, else not valuable.
Study nature, love nature, stay close to nature. It will never fail you. - Frank Lloyd Wright

Ketika krisis energi berlangsung, ada seorang teman yang menanyakan, "Dapatkah kita menciptakan energi alternatif ?" bila jawabannya tidak, maka ada pertanyaan kedua, "Dapatkah kita menghemat energi yang kita pakai sehari-hari?" atau pada skala yang lebih sederhana dapatkah kita mewujudkan arsitektur hijau pada lingkungan tinggal atau rumah kita?
Arsitektur hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan binaan yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya material, air dan energi.
Dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan binaan yang:
  • efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada.
  • mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam mengembangkan produktivitas penghuninya, 
  • mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.

Setidaknya dalam 2 tahap kita sudah dapat menghemat banyak untuk energi maupun biaya hidup kita.

Pra Konstruksi :
  • Pertimbangkan massa bangunan hanya sebagai ruang yang fungsional sehingga tidak boros dan aman secara sosial (aman dari gangguan penjahat) maupun secara konstruksi (lebih ringan dan ringkas).
  • Penataan tata ruang dengan lebih banyak penghawaan silang sehingga kelak memimalkan kerja pengkondisi udara atau kipas angin. 
  • Penataan ruang dengan pertimbangan pencahayaan alami yang lebih banyak dengan kaca atau glassblock ecara tepat, misalnya menghadap ke arah yang selatan atau timur dan skylight didalam ruangan, arah hadap jendela, pintu dan fasade lainnya. 
  • Teritisan atap yang lebih panjang sehingga dapat meneduhkan pemakai bangunan dana atap yang lebih tinggi untuk kondensasi panas.
  • Pemakaian bahan-bahan bangunan yang mudah didapat (disekitar lingkungan), sehingga beban transportasi yang lebih sedikit. Ada beberapa arsitek yang tidak menyukai pemakaian kayu sebagai boikot terhadap pembalakan liar kayu di hutan hujan tropis. 
  • Adanya void untuk sirkulasi udara dan cahaya pada bangunan bertingkat.
  • Pertimbangkan ruang terbuka yang lebih banyak dengan tanpa perkerasan diantara dinding masif bangunan terutama sebagai peresapan air tanah dan efek pemantulan sinar matahari.
  • Pemakaian jalusi (krepyak) pada jendela atau pintu seperti halnya dinding yang bernapas dan glassblock untuk dinding.
  • Tanpa mengurangi kualitas bangunan, pilih struktur yang lebih ringan sehingga beban bangunan lebih sedikit terbebani baik terhadap beban angin maupun gempa, terlebih volume yang lebih sedikit akan menguragi biaya konstruksi.
  • Manhole pada gewel pada dinding yang lebih lebar.
  • Pertimbangkan saluran pemipaan (plumbing) yang mudah dirawat.
  • Dengan alasan lebih dekat dengan alam, fungsi ruang dalam rumah ditarik keluar, semisal ruang tamu di taman teras depan, ruang makan dan ruang keluarga pada halaman belakang atau samping, kamar mandi semi terbuka di taman samping, dapat juga diperlakukan sebaliknya, dengan adanya ruang menerus ke dalam ruang. misalnya ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual.
Photobucket
Pasca konstruksi:
  • Perabotan dan asesoris yang tidak terlalu berlebihan, dapur dan kamar mandi dengan saluran yang senantiasa bersih akan menghemat pengeluaran anda akan listrik dan air, semisal dapur yang dekat dengan taman, sisa air cucian dapur dapat dipakai untuk menyirami tanaman, sisa bilasan cucian jemuran bisa untuk mencuci kendaraan.
  • Memberi tumbuhan rambat pada tembok kita sehingga mengurangi panas di dinding.
  • Memilih warna cat yang tidak gelap pada tembok luar, karena menyerap panas, namun sebaliknya juga tidak memilih warna putih karena dapat menyilaukan.
  • Tidak menutup semua lahan terbuka dengan perkerasan, sebagai pertimbangan penyerapan air hujan.
  • Menanam lebih banyak tanaman baik sebagai pohon penedeh, pengurang bising, pengurang debu maupun untuk penghalang terpaan sinar matahari semisal tanaman rambat sebagai jalusi atau tanaman buah dalam pot. irigasi dapat memakai irigasi tetes (drip irigation).
  • Mengganti lampu dan peralatan listrik yang lebih hemat dan berusia lama.
  • Bila bangunan terdiri dari dua lantai atau lebih, pertimbangkan adanya roof garden.
  • Perilaku hemat dan pemilihan bahan yang hemat energi seperti lampu led berdaya rendah, saklar thermostat atau yang memakai fotometer, pemakaian bahan pemanas air yang lebih hemat.
Saya yakin daftar ini akan bertambah panjang, bila anda dapat mengamati dan menerapkan perilaku nenek moyang yang arif pada berbagai arsitektur tradisional seperti misalnya di Sumba atau di Mentawai.
Photobucket
Seperti misalnya rumah di Mentawai, dengan lantai yang tidak menyentuh tanah lembab dan ruang dengan sirkulasi udara penuh.
Namun ada yang memakai pendekatan secara matematis seperti :
1. Nilai volume bangunan (Koefisien Dasar Bangunan/KDB) harus lebih kecil dari koefisien dasar hijau (KDH) pada total luas lahan.
2. Perbandingan KDB (50-70 persen) dan KDH (30-50 persen) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian ideal dan sehat secara konsisten.
Misal jika luas rumah adalah 150 meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 100 meter persegi, maka sisa 50 meter lahan hijau harus digenapkan dengan memberdayakan potensi sekitar.
Photobucket

Sedikit catatan : beberapa sistem rating pada beberapa negara maju untuk standar bangunan/arsitektur hijau:
1. Australia: Nabers / Green Star
2. Brazil: AQUA / LEED Brasil
3. Kanada: LEED Canada / Green Globes
4. China: GBAS
5. Finlandia: PromisE
6. Prancis: HQE
7. Jerman: DGNB
8. Hong Kong: HKBEEM
9. India: LEED India/ TerriGriha
10. Italia: Protocollo Itaca
11. Mexico: LEED Mexico
12. Belanda: BREEAM Netherlands
13. Portugal: Lider A
14. Singapore: Green Mark
15. Spanyol: VERDE
16. Amerika serikat: LEED/Green Globes
17. United Kingdom: BREEAM
18. Indonesia : Green Building Council Indonesia (GBCI)

Salah satu kelanjutan dari konsep arsitektur hijau adalah konsep ZEB (zero energy building) 
ZEB adalah aplikasi dari bangunan dengan konsumsi energi yang secara bersih (netto) tanpa memakai energi baik bahan bakar fosil maupun energi listrik dari PLN atau bahkan sebaliknya malah menghasilkan energi, angka net ini tidak termasuk energi waktu konstruksi dan energi akibat transportasi material.
Asal tahu bangunan memakai 40% dari total energi di AS dan Uni-Eropa. 
Zero energy building banyak menguntungkan karena dapat mengurangi emisi gas buang dan menghemat energi. Markas Google di Lembah Silicon (Mountain view, California) memakai sumber daya terbarukan dengan generator 1.6 megawatt fotovoltaik.

Terima kasih: Dr. Ir A Tutut Subadyo, M.SIL. @ FT Arsitektur Unmer Malang

Tulisan terkait :





19 komentar:

    On 9/03/2008 4:47 PM Anonim mengatakan...

    lha masak indonesia tidak punya organisasi seperti itu? belum maju ya?

     

    ngiler...
    nice inpo yoxx...

     
    On 9/04/2008 3:27 PM Anonim mengatakan...

    salam kenal,

    nice blog...

     
    On 9/06/2008 10:47 AM ujan mengatakan...

    kerennnnnn

     
    On 9/08/2008 11:56 AM hendry mengatakan...

    bagus banget dan OK buat yang mau bangun rumah

     

    artikel bagus banged neh kang, ijin simak & bookmark yak?

     
    On 9/18/2008 4:39 PM Anonim mengatakan...

    silakan.. silakan mas

     
    On 3/26/2009 12:13 AM ardikiDd mengatakan...

    gokilll..
    hebatt.
    racetostopglobalwarming.blogspot.com

     
    On 11/06/2009 7:54 PM Anonim mengatakan...

    bila tidak dimulai dari kita, tidak dimulai dari hal yang paling kecil, dan bila tidak dimulai dari sekarang... apa lagi yang kita cari selain kehancuran dunia...

     
    On 3/02/2010 10:05 AM Anonim mengatakan...

    terima kasih infonya..

     
    On 9/07/2010 9:11 PM mussa mengatakan...

    di Indonesia sudah ada sistem perangkat penilaian untuk bangunan/arsitektur hijau yang disusun oleh Green Building Council Indonesia.
    http://www.gbcindonesia.org/

     
    On 2/23/2011 3:29 PM bayu mengatakan...

    mas mussa bener tuh, di indonesia memang disusun oleh green building council indonesia.

     
    On 2/24/2011 3:17 PM kresna mengatakan...

    info bagus

     
    On 3/22/2011 10:06 PM Anonim mengatakan...

    terima kasih atas informasinya,,,,tp saya copy dikit ya khususnya tentang green arch. singapore

     
    On 3/23/2011 6:21 AM yoxx mengatakan...

    Silakan diperbanyak, saya akan berterima kasih kalau anda mencantumkan sumbernya atau alamat blog ini ;)

     
    On 4/10/2011 3:13 PM Anonim mengatakan...

    peduli dengan lingkungan memang sikap yang harus diambil untuk saat ini...sukses untuk kita...

     

    menurut saya yang menghilangkn hijau dbumi adalah bangunan....
    saya tidak percaya dgn arsitektur hijau,
    arsitektur hijau itu tidak ada....
    yg namanya membangun pasti menebang....

     
    On 11/19/2011 10:47 AM yoxx mengatakan...

    Pahami dulu arsitektur hijau Bung!

    Arsitektur hijau atau desain hijau, adalah sebuah pendekatan untuk membangun yang meminimalkan efek yang merugikan pada kesehatan manusia dan lingkungan. arsitek atau desainer hijau dalam usahanya untuk mendesain bangunan atau lingkungan dengan mencoba untuk menjaga kualitas udara, air, dan bumi dengan memilih bahan bangunan yang ramah lingkungan dan praktek konstruksi.
    Pendekattannya diperoleh melalui :
    * Ventilasi sistem yang dirancang untuk pemanasan dan pendinginan yang efisien
    * efisiensi energi untuk pencahayaan dan peralatan
    * hemat air
    * Landsekap direncanakan untuk memaksimalkan energi matahari pasif
    * Minimal membahayakan habitat alami
    * Sumber daya alternatif seperti tenaga surya atau tenaga angin
    * Non-sintetis, bahan non-toksik
    * Bahan baku Lokal yang diperoleh hutan dan batu
    * Bila memakai hasil hutan, maka diperoleh dari hasil hutan yang dipanen
    * Adaptive Reuse bangunan tua
    * Penggunaan arsitektur bekas atau daur ulang
    * Efisiensi penggunaan ruang
    Sehingga bangunan hijau paling tidak memiliki semua fitur ini, tujuan tertinggi dari arsitektur hijau adalah sepenuhnya berkelanjutan.
    Arsitektur Hijau disebut juga sebagai sebagai Pembangunan berkelanjutan, eko-desain, arsitektur ramah lingkungan, ramah, arsitektur lingkungan, arsitektur alami...

    Pernyataan anda sangat naif "saya tidak percaya dgn arsitektur hijau,
    arsitektur hijau itu tidak ada...."+"kalau membangun pasti menebang"... (wah kalau makan berarti kami harus membunuh dulu dong)

     
    On 4/20/2013 5:59 PM yoxx mengatakan...

    terimakasih atas undangannya,kami akan sesuaikan dengan agenda ya...

     

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkomentar